Thursday, March 29, 2007
The Art of War - Sun Tzu #03
Pengantar:
Artikel karangan asli dari mas Nur Agustinus di Surabaya ini menjadi bacaan favouriteku di bulan ini. Selain bisa nambah wawasan yang tentunya berguna untuk mendukungku dalam menjalankan kewajiban di pekerjaanku. Artikel sengaja dibuat berseri oleh pengarangnya (yang juga seorang yang low profile dan kusuka pribadinya) dipercaya agar memudahkan bagi yang ngebaca untuk lebih memahami, semoga demikian kiranya.
Memenangkan Persaingan Secara Efektif
Berbicara soal persaingan usaha, mungkin tidak banyak beda dengan peperangan
antar dua negara. Keunggulan atau kemenangan suatu peperangan sangat
tergantung banyak faktor. Seperti telah dibahas sebelumnya, peranan panglima
juga sangat besar. Namun bagaimana cara memenangkan peperangan secara
efektif? Serta, mungkinkah hal ini diterapkan dalam dunia bisnis?
Sun Tzu mengemukakan suatu pernyataan yang sederhana tentang perang.
Menurutnya, "Perang adalah kegiatan yang penuh tipu muslihat". Dari satu
pernyataan ini saja, sebenarnya terkandung makna yang luar biasa. Memang
kalimat itu tidak berhenti di situ saja. Sun Tzu melanjutkan, "untuk itulah
digunakan siasat."
Kalau hal ini dicoba untuk diterapkan di bidang bisnis, maka bisa diartikan,
persaingan adalah kegiatan yang penuh tipu muslihat dan untuk itulah
digunakan siasat. Satu hal yang dinasehatkan oleh Sun Tzu, "Siasat untuk
mencapai kemenangan tidak boleh sekali-kali bocor terlebih dahulu."
Tak heran bila banyak eksekutif yang selalu berusaha merahasiakan
langkah-langkahnya dalam persaingan. Mereka takut bila ketahuan "siasat"nya,
maka lawan bisa segera mengantisipasi dan mengadakan perlawanan. Sulitnya,
dijaman yang termasuk era informasi serta banyak perusahaan yang go public,
maka kerahasiaan ini sulit terjaga. Hanya untuk perusahaan keluarga yang
masih tertutup saja, umumnya segala rencana bisa dirahasiakan dengan rapi.
Namun tentu saja, tentang cara memenangkan peperangan atau persaingan ini
tidak semata dari kepintaran membuat siasat. Yang penting menurut Sun Tzu
adalah, bagaimana kita bisa menang dalam waktu singkat. "Menang dalam waktu
yang singkat adalah tujuan perang," demikian tulisnya dalam buku The Art of
War. Kalau hal ini kita pelajari, sebenarnya dapat menjadi nomor satu dari
perusahaan atau menjadi yang paling unggul dalam waktu secepatnya adalah
tujuan persaingan. Terlalu lama berada dalam posisi persaingan akan membuat
lelah dan menghabiskan banyak sumber daya.
Hal yang menarik dari cara berpikir Sun Tzu tentang perang adalah, seorang
yang ahli dalam seni perang akan menundukkan tentara musuh tanpa berperang.
Memang, seorang yang ahli dalam pemasaran akan bisa mengalahkan produk
pesaingnya tanpa harus bersaing langsung. Namun bagaimana caranya?
Untuk itu, Sun Tzu hanya mengingatkan pada satu hal, yaitu kenalilah lawanmu
dan kenalilah dirimu sendiri. Nah pertanyaannya, benarkah Anda sudah
mengenali diri Anda sendiri? Lebih jauh lagi, seberapa banyak Anda
mengetahui tentang pesaing?
Banyak perusahaan yang mengalami kemunduran karena terlalu over-estimate
terhadap diri sendiri. Ia menilai bahwa dirinya yang paling hebat sementara
lawan-lawannya tidak ada apa-apanya. Kebiasaan "sindrom juara" ini sangat
berbahaya. Ketidak-obyektifan pemikiran bisa berakibat fatal.
Mengenali diri sendiri tidak mudah, sebab orang cenderung menilai dirinya
yang terbaik. Sebenarnya secara tidak langsung, Sun Tzu mengajarkan pada
kita untuk melakukan analia SWOT (Strenght, Weakness, Opportunity and
Threat). Bagaimana kita mengukur kekuatan dan kelemahan yang kita miliki
serta menelusuri adanya ancaman serta peluang di sekitar perusahaan yang
datang dari pihak pesaing.
Sun Tzu dengan tegas mengatakan, jika engkau tidak mengenal lawanmu tapi
mengenal dirimu sendiri, kalah dan menangmu seimbang. Sementara itu, jika
engkau tidak mengenal lawanmu dan tidak mengenal diri sendiri, dalam setiap
pertempuran selalu berada dalam keadaan bahaya. Yang penting, seperti
diungkapkan oleh Sun Tzu, bila engkau mengenal lawanmu dan mengenal diri
sendiri, engkau dapat memutuskan untuk bertempur atau tidak.
Itulah sebabnya, ketahuilah posisi perusahaan Anda dan bandingkan dengan
kekuatan lawan. Anda sebagai seorang eksekutif atau "panglima" dari
perusahaan yang Anda pimpin, harus benar-benar tahu akan diri sendiri dan
lawan. Setidaknya dengan menyadari akan kekuatan dan kelemahan baik dari
diri sendiri maupun lawan, Anda bisa memutuskan mau bersaing secara langsung
atau tidak.
Kesalahan strategi karena tidak sadarnya akan keadaan diri sendiri dan lawan
bisa menyebabkan kehancuran. Berpikir terlalu hebat bisa menyebabkan
melakukan persaingan tanpa kendali. Tragisnya kalau mendapat lawan yang jauh
lebih kuat. Dana yang sudah keluar begitu banyak bisa menjadi tidak ada
artinya.
Lalu pertanyaannya, apa yang harus kita lakukan? Kalau kita ternyata sudah
mempelajari kondisi yang ada di perusahaan dan keadaan pesaing, langkah apa
yang akan ditetapkan?
Sun Tzu tidak melupakan hal ini. Ada empat langkah yang bisa menjadi
alternatif. Yang pertama, Sun Tzu mengajarkan, kita bertahan karena keadaan
kita tidak dapat dikalahkan, kita menyerang karena keadaan lawan yang dapat
dikalahkan, bertahan kalau syarat untuk menang belum cukup dan menyerang
kalau lebih dari cukup.
Kalau dipikir, apa yang dikemukakan oleh Sun Tzu sebenarnya logis dan
harusnya kita sudah mengetahuinya. Namun sekali lagi persoalannya, banyak
keputusan yang diambil ternyata keliru. Misalnya melakukan penyerangan
sementara keadaan lawan tidak dapat dikalahkan atau syarat untuk memang
belum cukup. Atau justru sebaliknya, di saat kondisi sedang optimal atau
puncak, kita justru berada di posisi bertahan, bukannya menyerang. Mungkin
pandangan Sun Tzu ini bisa menyadarkan langkah yang telah kita lakukan.
(Bersambung)
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment