Friday, March 30, 2007

The Art of War - Sun Tzu #04


Pengantar:
Artikel karangan asli dari mas Nur Agustinus di Surabaya ini menjadi bacaan favouriteku di bulan ini. Selain bisa nambah wawasan yang tentunya berguna untuk mendukungku dalam menjalankan kewajiban di pekerjaanku. Artikel sengaja dibuat berseri oleh pengarangnya (yang juga seorang yang low profile dan kusuka pribadinya) dipercaya agar memudahkan bagi yang ngebaca untuk lebih memahami, semoga demikian kiranya.



Menyiasati Berbagai Jurus Persaingan

Pertanyaan yang penting saat ini, bagaimana memainkan persaingan
dengan sebaik-baiknya? Kalau dasar pemikirannya sudah dipahami, lalu, apa
saja yang sebaiknya dilakukan? Bagaimana prinsip Sun Tzu dalam berperang?

Sun Tzu mengemukakan, "Mereka yang pandai berperang memegang
inisiatif dan tidak membiarkannya beralih ke tangan musuh." Dengan
demikian, bila hal ini hendak kita terapkan dalam bisnis, maka mereka
yang pandai bersaing, haruslah selalu memegang inisitif dan tidak
membiarkan peluang jatuh ke pihak pesaing.

Tidak banyak eksekutif yang memiliki inisiatif baik. Mungkin karena banyak
waktu yang tersita untuk keperluan yang rutin, atau potensi kreativitasnya
terhambat karena munculnya berbagai masalah yang sebenarnya tidak
perlu. Namun yang penting, bagaimana seorang 'panglima bisnis'
memanfaatkan peluang yang ada. Terlambat merespon satu peluang, maka
kesempatan yang ada bisa jatuh ke tangan pihak pesaing.

Selanjutnya, secara rinci Sun Tzu mengemukakan tentang prinsip
perang. Dikatakannya, dalil perang mirip dengan kodrat air, tentara
selalu menghindari bagian yang padat dan memukul bagian yang kosong.

Hal ini sebenarnya dengan mudah dapat kita mengerti, sebab dalam bisnis,
persaingan sebenarnya harus mirip kodrat air, artinya ia harus bisa
menyesuaikan diri dengan kondisi/keadaan serta tidak kaku. Bagaimana kita
bisa menghindari pesaing yang kuat atau medan yang sulit dan memukul
kelemahan pesaing yang tidak dilindungi dengan baik.

Namun perang bukan cuma "maju terus, pantang mundur." Perang harus
menggunakan berbagai macam siasat dan taktik untuk mengalahkan posisi
lawan. Kadang kala, kondisi tidak memungkinkan untuk maju langsung
menghadapi lawan, namun harus berputar.

Itulah sebabnya, Sun Tzu mengemukakan, dalam perang digunakan
manuver. Manuver itu sulit karena hanya dengan jalan yang tidak langsung,
tujuan dapat dicapai. Memang, dalam perang , kalau bertempur langsung ke
arah yang dituju, mungkin akan mengalami kekalahan, namun dengan
manuver, yakni berputar, justru dapat diharapkan kemenangan.

Hal ini sama juga perlu diingat oleh para eksekutif, yaitu melakukan
manuver bisnis. Dalam bisnis, manuver juga perlu dilakukan.
Diperlukan seperangkat langkah yang memang tidak sederhana dan
membutuhkan waktu, kesabaran dan kecermatan. Namun, hasil dari manuver,
justru itulah yang akan membawa kepada puncak keberhasilan suatu persaingan
usaha.

Semua itu tidak lepas dari bagaimana sikap sang komandan dalam memimpin
anak buah. Sikap yang kurang terkontrol bisa menyebabkan rencana yang
telah disusun rapi menjadi berantakan. Seperti yang dikatakan Sun Tzu,
jika komandan lapangannya marah-marah dan tidak patuh, serta bertemu dengan
musuh, karena mendongkol, masing-masing lalu melakukan pertempuran
terpisah. Hal ini akan menyebabkan keruntuhan.

Nasehat ini perlu kita camkan, sebab kalau manajernya emosi dan tidak
patuh pada pimpinan (Boss), kalau bertindak akan bekerja
sendiri-sendiri dan tidak bersatu/tidak kerja sama. Akibatnya, hal
ini menyebabkan kejatuhan perusahaan secara keseluruhan.

Selajutnya, Sun Tzu menambahkan, jika panglima lemah, tidak keras dan
tidak tegas, instruksi tidak konsekuen, tugas dan kewajiban perwira dan
prajuritnya sebentar-bentar diubah, jika susunan prajuritnya
morat-marit, maka pasukan yang demikian pasti akan kalut. Memang, dalam
kenyataan, apabila sang pemimpin terlalu lemah, tidak tegas, intruksi tidak
jelas, terlalu sering berubah peraturan, maka karyawannya akan
bingung/kalut. Kebingungan ini membuat mereak tidak bisa bekerja dengan
baik.

Itulah sebabnya, Sun Tzu mengatakan, menegetahui medan, mampu membaca
jalan pikiran lawan, membuat pihak musuh kalah dan membuat pihaknya
menang, memperhitungkan keadaan medan, adalah suatu hal yang harus
dilakukan oleh panglima yang ulung. Tak heran, seorang manajer yang
mengikuti nasehat Sun Tzu ini akan selalu berusaha memperhitungkan
segala hal, termasuk keadaan usaha, jalan pikiran pesaingnya dan membuat
perencanaan jitu.

Seperti kata Sun Tzu, mereka yang pandai berperang tidak pernah salah
jalan, dan tidak kehilangan akal. Manajer atau pemimpin yang pandai
menjalankan usahanya, tidak melakukan salah langkah dan tidak pernah
kehabisan akal.

(masih bersambung)

Thursday, March 29, 2007

The Art of War - Sun Tzu #03


Pengantar:
Artikel karangan asli dari mas Nur Agustinus di Surabaya ini menjadi bacaan favouriteku di bulan ini. Selain bisa nambah wawasan yang tentunya berguna untuk mendukungku dalam menjalankan kewajiban di pekerjaanku. Artikel sengaja dibuat berseri oleh pengarangnya (yang juga seorang yang low profile dan kusuka pribadinya) dipercaya agar memudahkan bagi yang ngebaca untuk lebih memahami, semoga demikian kiranya.


Memenangkan Persaingan Secara Efektif

Berbicara soal persaingan usaha, mungkin tidak banyak beda dengan peperangan
antar dua negara. Keunggulan atau kemenangan suatu peperangan sangat
tergantung banyak faktor. Seperti telah dibahas sebelumnya, peranan panglima
juga sangat besar. Namun bagaimana cara memenangkan peperangan secara
efektif? Serta, mungkinkah hal ini diterapkan dalam dunia bisnis?

Sun Tzu mengemukakan suatu pernyataan yang sederhana tentang perang.
Menurutnya, "Perang adalah kegiatan yang penuh tipu muslihat". Dari satu
pernyataan ini saja, sebenarnya terkandung makna yang luar biasa. Memang
kalimat itu tidak berhenti di situ saja. Sun Tzu melanjutkan, "untuk itulah
digunakan siasat."

Kalau hal ini dicoba untuk diterapkan di bidang bisnis, maka bisa diartikan,
persaingan adalah kegiatan yang penuh tipu muslihat dan untuk itulah
digunakan siasat. Satu hal yang dinasehatkan oleh Sun Tzu, "Siasat untuk
mencapai kemenangan tidak boleh sekali-kali bocor terlebih dahulu."

Tak heran bila banyak eksekutif yang selalu berusaha merahasiakan
langkah-langkahnya dalam persaingan. Mereka takut bila ketahuan "siasat"nya,
maka lawan bisa segera mengantisipasi dan mengadakan perlawanan. Sulitnya,
dijaman yang termasuk era informasi serta banyak perusahaan yang go public,
maka kerahasiaan ini sulit terjaga. Hanya untuk perusahaan keluarga yang
masih tertutup saja, umumnya segala rencana bisa dirahasiakan dengan rapi.

Namun tentu saja, tentang cara memenangkan peperangan atau persaingan ini
tidak semata dari kepintaran membuat siasat. Yang penting menurut Sun Tzu
adalah, bagaimana kita bisa menang dalam waktu singkat. "Menang dalam waktu
yang singkat adalah tujuan perang," demikian tulisnya dalam buku The Art of
War. Kalau hal ini kita pelajari, sebenarnya dapat menjadi nomor satu dari
perusahaan atau menjadi yang paling unggul dalam waktu secepatnya adalah
tujuan persaingan. Terlalu lama berada dalam posisi persaingan akan membuat
lelah dan menghabiskan banyak sumber daya.

Hal yang menarik dari cara berpikir Sun Tzu tentang perang adalah, seorang
yang ahli dalam seni perang akan menundukkan tentara musuh tanpa berperang.
Memang, seorang yang ahli dalam pemasaran akan bisa mengalahkan produk
pesaingnya tanpa harus bersaing langsung. Namun bagaimana caranya?

Untuk itu, Sun Tzu hanya mengingatkan pada satu hal, yaitu kenalilah lawanmu
dan kenalilah dirimu sendiri. Nah pertanyaannya, benarkah Anda sudah
mengenali diri Anda sendiri? Lebih jauh lagi, seberapa banyak Anda
mengetahui tentang pesaing?

Banyak perusahaan yang mengalami kemunduran karena terlalu over-estimate
terhadap diri sendiri. Ia menilai bahwa dirinya yang paling hebat sementara
lawan-lawannya tidak ada apa-apanya. Kebiasaan "sindrom juara" ini sangat
berbahaya. Ketidak-obyektifan pemikiran bisa berakibat fatal.

Mengenali diri sendiri tidak mudah, sebab orang cenderung menilai dirinya
yang terbaik. Sebenarnya secara tidak langsung, Sun Tzu mengajarkan pada
kita untuk melakukan analia SWOT (Strenght, Weakness, Opportunity and
Threat). Bagaimana kita mengukur kekuatan dan kelemahan yang kita miliki
serta menelusuri adanya ancaman serta peluang di sekitar perusahaan yang
datang dari pihak pesaing.

Sun Tzu dengan tegas mengatakan, jika engkau tidak mengenal lawanmu tapi
mengenal dirimu sendiri, kalah dan menangmu seimbang. Sementara itu, jika
engkau tidak mengenal lawanmu dan tidak mengenal diri sendiri, dalam setiap
pertempuran selalu berada dalam keadaan bahaya. Yang penting, seperti
diungkapkan oleh Sun Tzu, bila engkau mengenal lawanmu dan mengenal diri
sendiri, engkau dapat memutuskan untuk bertempur atau tidak.

Itulah sebabnya, ketahuilah posisi perusahaan Anda dan bandingkan dengan
kekuatan lawan. Anda sebagai seorang eksekutif atau "panglima" dari
perusahaan yang Anda pimpin, harus benar-benar tahu akan diri sendiri dan
lawan. Setidaknya dengan menyadari akan kekuatan dan kelemahan baik dari
diri sendiri maupun lawan, Anda bisa memutuskan mau bersaing secara langsung
atau tidak.

Kesalahan strategi karena tidak sadarnya akan keadaan diri sendiri dan lawan
bisa menyebabkan kehancuran. Berpikir terlalu hebat bisa menyebabkan
melakukan persaingan tanpa kendali. Tragisnya kalau mendapat lawan yang jauh
lebih kuat. Dana yang sudah keluar begitu banyak bisa menjadi tidak ada
artinya.

Lalu pertanyaannya, apa yang harus kita lakukan? Kalau kita ternyata sudah
mempelajari kondisi yang ada di perusahaan dan keadaan pesaing, langkah apa
yang akan ditetapkan?

Sun Tzu tidak melupakan hal ini. Ada empat langkah yang bisa menjadi
alternatif. Yang pertama, Sun Tzu mengajarkan, kita bertahan karena keadaan
kita tidak dapat dikalahkan, kita menyerang karena keadaan lawan yang dapat
dikalahkan, bertahan kalau syarat untuk menang belum cukup dan menyerang
kalau lebih dari cukup.

Kalau dipikir, apa yang dikemukakan oleh Sun Tzu sebenarnya logis dan
harusnya kita sudah mengetahuinya. Namun sekali lagi persoalannya, banyak
keputusan yang diambil ternyata keliru. Misalnya melakukan penyerangan
sementara keadaan lawan tidak dapat dikalahkan atau syarat untuk memang
belum cukup. Atau justru sebaliknya, di saat kondisi sedang optimal atau
puncak, kita justru berada di posisi bertahan, bukannya menyerang. Mungkin
pandangan Sun Tzu ini bisa menyadarkan langkah yang telah kita lakukan.
(Bersambung)

Monday, March 26, 2007

The Art of War - Sun Tzu #02


Pengantar:
Artikel karangan asli dari mas Nur Agustinus di Surabaya ini menjadi bacaan favouriteku di bulan ini. Selain bisa nambah wawasan yang tentunya berguna untuk mendukungku dalam menjalankan kewajiban di pekerjaanku. Artikel sengaja dibuat berseri oleh pengarangnya (yang juga seorang yang low profile dan kusuka pribadinya) dipercaya agar memudahkan bagi yang ngebaca untuk lebih memahami, semoga demikian kiranya.



Bagaimana Menjadi 'Panglima' Yang Berhasil

Sudah jelas, keberhasilan suatu perusahaan tergantung dari pemimpinnya.
Demikian juga, keunggulan suatu pasukan selain karena kehebatan dari para
prajuritnya, namun panglimanya jauh lebih menentukan. Hal ini disebabkan,
dengan panglima yang hebat, maka prajurit yang ada bisa dilatih dengan baik,
sementara dengan panglima yang buruk, prajurit yang baik berubah menjadi
buruk.

Namun, menurut Sun Tzu, ada lima sifat berbahaya dalam kepribadian seorang
panglima yang bisa membawa kehancuran. Itu harus dihindari. Bagaimana
implikasinya dalam bisnis?

Sifat pertama yang berbahaya adalah panglima yang terlalu berani mati
sehingga dapat terbunuh. Ini terlihat sekali dalam bidang usaha, seorang
pengusaha atau pemimpin yang terlalu nekad, berani ambil resiko, melakukan
spekulasi membabi-buta, sehingga bukan keuntungan yang diraih melainkan
mengalami kerugian besar.

Sebaliknya, sifat kedua yang menurut Sun Tzu harus dihindari adalah takut
mati. Karena panglima yang takut mati akan dengan mudah dapat ditangkap.
Memang sungguh tepat apa yang diungkapkan Sun Tzu, bahwa pengusaha atau
manajer yang terlalu ragu-ragu dalam mengambil resiko atau peluang, dapat
dengan mudah dikalahkan oleh pesaing. Dari dua sifat negatif tadi, Sun Tzu
mengajarkan agar tidak terlalu berani mati tetapi juga tidak takut mati.
Kita harus bisa menempatkan diri dan mengatur porsi keberanian yang kita
miliki.

Sifat negatif ketiga adalah terburu-buru dan cepat naik darah. Karena sifat
ini bisa membuat sang panglima merasa terhina yang berakibat ia tidak dapat
berpikir secara terarah. Demikian pula, pemimpin yang mudah emosi dan mudah
terpancing, dapat dibakar emosinya sehingga akhirnya melakukan kesalahan
yang tidak perlu.

Lebih jauh Sun Tzu menerangkan bahwa sifat keempat yang harus dihindari
adalah panglima yang terlalu bersih dan selalu berusaha menjaga nama
baiknya, karena dengan demikian ia dapat mudah dipermalukan. Ini juga bisa
diterapkan dalam dunia bisnis, karena pemimpin yang terlalu idealis tidak
bisa luwes dalam masyarakat, akhirnya membuat ia kurang bisa diterima.

Sifat mudah kasihan menurut Sun Tzu juga harus dihindari. Sebagai panglima,
sifat mudah kasihan tidak baik karena suasana hati mudah terganggu dalam
membuat keputusan. Itulah sebabnya, dalam bisnis diperlukan pemimpin yang
tegas, mampu membuat keputusan dalam waktu singkat. Pemimpin yang terlalu
dan mudah kasihan pada karyawannya akan menyebabkan kurang bisa tega dalam
melancarkan suatu persaingan yang keras dan menuntut anak buahnya. Tidak
berani menghukum dan menghindari konflik dengan bawahan sendiri karena
kasihan.

Sun Tzu mengemukakan, pasukan yang kuat prajuritnya tetapi lemah perwiranya
akhirnya pasti membangkang. Pasukan yang kuat perwiranya tetapi lemah
prajuritnya akhirnya pasti tenggelam.

Hal yang sama dalam menyusun strategi bisnis, perusahaan yang pandai dan
kuat karyawannya namun manajer/pemimpinnya kurang pintar, pasti dapat
diperkirakan akan terjadi pemberontakan atau bawahan yang tidak patuh pada
perintah. Sebaliknya yang terlalu pandai manajernya namun anak buahnya
lemah, pasti tidak akan berhasil mengatasi masalah dengan baik. Itulah
sebabnya dibutuhkan manajer atau pemimpin yang bisa membina anak buahnya.

Friday, March 23, 2007

The Art of War - Sun Tzu #01

Pengantar:
Artikel karangan asli dari mas Nur Agustinus di Surabaya ini menjadi bacaan favouriteku di bulan ini. Selain bisa nambah wawasan yang tentunya berguna untuk mendukungku dalam menjalankan kewajiban di pekerjaanku. Artikel sengaja dibuat berseri oleh pengarangnya (yang juga seorang yang low profile dan kusuka pribadinya) dipercaya agar memudahkan bagi yang ngebaca untuk lebih memahami, semoga demikian kiranya.


Sun Tzu: Stretegi 'Perang' Bisnis Dari Timur (1)Persaingan, Masalah Hidup atau Mati Perusahaan

Sun Tzu adalah seorang ahli strategi militer klasik dari Tiongkok kuno.Menurut catatan sejarah, Sun Tzu adalah penduduk asli negara Chi'i. Iaterkenal dengan tulisannya yang berjudul "The Art of War" (Seni Berperang).Kaisar Ho Lu kemudian mengangkat Sun Tzu sebagai panglima besar pasukankerajaan Wu. Karyanya itu kini tidak hanya dikaji oleh kalangan militersaja, namun telah banyak diterapkan di dunia bisnis.Kalau berbicara soal perang, maka yang terbayang dalam benak kitaadalah perang antar negara dengan senjata pamungkas mutakhir. Yang menangadalah negara yang berhasil menaklukkan lawannya. Tiap negara melaluipanglimanya, pasti memiliki strategi khusus agar dapat memenangkanpeperangan. Bagaimana dengan para 'panglima' bisnis untuk memenangkanpersaingan dalam dunia usaha? Bisakah seni berperang Sun Tzu diterapkan?Dalam pembukaan bukunya, Sun Tzu mengemukakan, "Perang adalah urusannegara yang vital. Kedudukan yang menentukan hidup atau mati, jalan yangmenuju kepada kelangsungan hidup atau kebinasaan, haruslah, tidak bolehtidak, diselidiki."Memang, kalau kita ambil perkataan Sun Tzu sebagai dasar, maka dapatlahkita katakan, "Persaingan adalah urusan perusahaan yang vital. Kedudukanyang menentukan untung atau rugi, jalan menuju kepada peningkatan usaha ataukebangkrutan, tidak boleh tidak, harus diselidiki."Dari hal ini, kita bisa amati bahwa kalau kita meremehkan soalpersaingan, akibatnya bisa fatal. Banyak kasus perusahaan yang jatuh akibatgagal dalam bersaing atau bahkan kalah dalam 'pertempuran' pertama.Senior vice president Sheraton Asia Pasific Corporation, Richard M.Hartman mengatakan, "Dari semua buku yang telah saya baca, buku karya SunTzu adalah yang paling hebat. Analisa detail dari Sun Tzu begitu luas dalammenjelaskan strategi sehingga saya menganjurkan setiap eksekutif saya untukmembacanya."Sun Tzu menulis bukunya itu sekitar tahun 400 SM. Namun telah terbuktibahwa hasil pemikirannya itu tetap dipakai hingga kini. Ng Pack Too, GroupChief Executive Sembawang Holdinbgs Pte Ltd., mengemukakan bahwa buku karyaSun Tzu mampu merangsang para CEO agar berpikir secara strategis, yang manahal itu sangat berguna dalam menyusun business planning.Setiap boss pasti sadar akan pentingnya bersaing, namun tidak semuanyabenar-benar menjalankannya dengan sungguh-sungguh. Sebagai contoh, ketikapesaing promosi secara gencar, ia diam saja menunggu atau merasa dirinyatidak mungkin kalah. Akibatnya, konsumen beralih ke pesaing secara perlahan.Baru kemudian ia sadar setelah terlambat. Seperti dikemukakan oleh Sun Tzusendiri, banyak orang yang hanya gemar dengan kata-kata dan tidak dapatmenjabarkannya dalam tindakan.Sun Tzu menjelaskan bahwa dalam peperangan (persaingan) ada lima faktorutama yang harus diperhatikan, yaitu hukum moral, langit, bumi, panglimaserta metode/sistem.Hukum moral atau 'tao' menurut Sun Tzu merupakan jalan yangmendatangkan dukungan rakyat kepada rajanya sehingga sehidup semati danmereka tidak menghiraukan bahaya.Kalau kita hayati kata-kata itu, besar sekali maknanya, sebab dapatdijabarkan sebagai suatu sistem yang membuat karyawan mendukung pemimpinnyasehingga selalu bersama-sama baik suka maupun duka tanpa menghiraukanbahaya. Masalahnya, bagaimana cara pemimpin bisa membuat budaya perusahaanagar setiap manusia dalam perusahaannya siap untuk sehidup semati. Disinilah perlunya Boss menciptakan hubungan yang harmonis antara atasandengan bawahan, sehingga setiap kata pimpinan diikuti bawahannya dengankesiapan mental yang utuh.Faktor yang kedua adalah langit, yang oleh Sun Tzu diartikan sebagaipengaruh cuaca dan musim, siang-malam, panas dingin dan lain-lainnya. Dalambisnis, langit menggambarkan kondisi lingkungan atau iklim ekonomi. Sebagaicontoh, kondisi ekonomi saat ini adalah kebijaksanaan uang ketat. Seorangpemimpin harus peka terhadap perubahan lingkungan bisnis, misalnya bagaimanamemanfaatkan deregulasi atau kebijaksanaan khusus dari pemerintah.Selanjutnya, faktor bumi juga perlu diperhatikan. Bumi meliputipengaruh medan, jauh dekatnya, curam datarnya dan luas sempitnya arenapertempuran. Ini sangat menentukan hidup dan matinya pasukan. Hal yang samajuga terjadi di bidang bisnis, karena hal ini menentukan kemampuan suplaimaterial, logistik, situasi medan di mana perusahaan berada.Faktor keempat yang tidak kalah pentingnya adalah panglima. Menurut SunTzu, panglima atau pemimpin yang mampu memenangkan perang adalah yangmemiliki sifat bijaksana, dapat dipercaya, pengasih penyayang, berani dantegas. Seorang panglima bisa disejajarkan dengan para eksekutif ataumanajer. Mereka juga harus memiliki karakter seperti itu kalau inginberhasil dalam persaingan.Yang terakhir adalah faktor sistem. Sistem menentukan susunanorgansiasi tentara, sistem pembinaan personil dan pembinaan material. Dalambisnis, sistem manajemen juga diperlukan untuk menyusun struktur organisasi,sistem personalia, logistik, keuangan dan sebagainya.Menurut Sun Tzu, kelima faktor itu mutlak harus dipelajari dansebenarnya sesederhana yang dibayangkan. Persoalannya kini, pihak mana yangpemimpinnya beroleh 'tao'? Artinya, perusahaan mana yang pemimpinnyadidukung karyawannya sepenuhnya sehingga mereka benar-benar loyal dan penuhdedikasi? Selain itu, pihak mana yang ulung 'panglimanya' dan memperolehkeuntungan langit dan bumi? Perusahaan mana yang mendapatkan keuntungan darikondisi perekonomian dan keadaan geografis tempat usahanya? Di samping itu,pihak mana yang ditegakkan kedisiplinannya?Selanjutnya Sun Tzu juga menegaskan, mana yang kuat tentaranya?Artinya, perusahaan mana yang personil karyawannya lebih baik dan terlatihsecara profesional? Apakah sistem hukuman dan hadiahnya dilaksanakan denganjelas dan kosenkuen? Menurut Sun Tzu, dari jawaban itu akan diketahui pihakmana yang bakal menang atau unggul dibandingkan pesaingnya.(Bersambung)