Tuesday, April 3, 2007

The Art of War - Sun Tzu #06


Pengantar:
Artikel karangan asli dari mas Nur Agustinus di Surabaya ini menjadi bacaan favouriteku di bulan ini. Selain bisa nambah wawasan yang tentunya berguna untuk mendukungku dalam menjalankan kewajiban di pekerjaanku. Artikel sengaja dibuat berseri oleh pengarangnya (yang juga seorang yang low profile dan kusuka pribadinya) dipercaya agar memudahkan bagi yang ngebaca untuk lebih memahami, semoga demikian kiranya.


SUN TZU: Strategi 'Perang' Bisnis Dari Timur (6)

Strategi Bisnis Mirip Kodrat Air

Memenangkan pertempuran tidak semudah di atas kertas. Demikian pula, untuk
unggul dalam persaingan bisnis juga tidak semudah ketika membuat rencana.
Setiap saat kondisi bisa berubah-ubah. Lingkungan perusahaan, baik dari
dalam maupun luar sangat mempengaruhi. Perubahan peraturan yang ada bisa
menguntungkan atau bahkan sebaliknya.

Sun Tzu mencoba merumuskan prinsip-prinsip dalam bertempur agar setidaknya
bisa di atas angin lawannya. Seperti kata Sun Tzu, mereka yang pandai
berperang memegang inisiatif dan tidak membiarkannya beralih ke tangan
musuh. Hal ini sudah dibahas sebelumnya, artinya para eksekutif harus selalu
memegang inisiatif dan tidak membiarkan peluang jatuh ke pihak lawan.

Kepekaan terhadap lingkungan dan kesigapan dalam memanfaatkan peluang ini
mengharuskan seorang eksekutif tidak boleh ketinggalan informasi dan harus
bisa fleksibel mengikuti perkembangan yang ada.

Itulah sebabnya, Sun Tzu sekali lagi menegaskan, dalil perang mirip dengan
kodrat air, tentara selalu menghindari bagian yang padat dan memukul bagian
yang kosong. Apabila hal ini hendak diterapkan dalam dunia bisnis, maka
persaingan juga sebaiknya mirip kodrat air, bisa menyesuaikan diri dengan
kondisi. Adalah baik untuk menghindari pesaing yang kuat atau medan yang
sulit dan memukul kelemahan pesaing yang tidak dilindungi dengan baik.

Seperti pernah dijelaskan sebelumnya, dalam perang digunakan manuver.
Manuver itu memang sulit karena hanya dengan jalan yang tidak langsung,
tujuan dapat dicapai. Kalau kita bayangkan dalam perang sesungguhnya,
apabila bertempur langsung ke arah yang dituju, mungkin akan mengalami
kekalahan karena ditahan musuh, namun dengan manuver, berputar, justru dapat
diharapkan kemenangan.

Itulah sebabnya dalam bisnis, manuver juga perlu dilakukan. Diperlukan
seperangkat langkah dan memang hal itu sulit serta membutuhkan waktu,
kesabaran dan kecermatan, namun justru hal itulah yang akan membawa kepada
keberhasilan suatu persaingan usaha.

Sehubungan dengan prinsip bertempur itu mirip kodrat air, Sun Tzu
mengingatkan akan beberapa taktik dalam pertempuran agar bisa menang.
Pertama, Sun Tzu mengemukakan, "Jangan menyerang musuh dengan menaiki
lereng." Hal ini bisa kita analogikan, dalam bersaing hendaknya jangan
berada di posisi yang membuat perusahaan harus terlalu memaksakan diri atau
"menaiki lereng".

Taktik kedua Sun Tzu adalah, jangan melawan musuh yang menyerang dengan
menuruni lereng. Itulah sebabnya, perlu diingat dalam persaingan bisnis,
jangan "bertempur" dengan pesaing yang kekuatannya lebih baik serta
posisinya jauh menguntungkan dia daripada kita.

Selanjutnya, Sun Tzu mengingatkan agar jangan mengejar musuh yang pura-pura
melarikan diri dan jangan menghantam pasukan pilihan musuh. Kalau kita
memperhatikan nasehat ini, maka sebaiknya jangan menghantam pesaing yang
pura-pura lemah dan ada baiknya untuk tidak secara langsung menyerang
produk/jasa andalan pesaing apabila kondisinya belum memungkinkan.

Yang penting menurut Sun Tzu adalah, jangan sekali-kali termakan umpan
musuh. Masalahnya, banyak sekali eksekutif yang secara tak sadar masuk dalam
perangkap dan baru menyadarinya setelah terlambat. Misalnya, pesaing
menyebarkan isu, membuka rencana palsu sehingga kita bereaksi sedemikian
rupa yang sebenarnya tak ada gunanya, sehingga begitu banyak dana, tenaga
dan waktu yang terbuang sia-sia. Oleh karena itu, adalah baik untuk selalu
mempertimbangkan gerakan pesaing dan tidak mudah terpancing masuk ke
perangkapnya.

Dalam bertempur, Sun Tzu juga mengingatkan agar sebaiknya jangan merintangi
musuh yang sedang pulang ke negerinya dan jangan terlalu menekan musuh yang
terpojok. Sehubungan dengan pernyataan di atas, maka sebaiknya jangan
menyaingi produk pesaing yang mempunyai kekuatan di kawasannya sendiri dan
nasehat untuk tidak terlalu menekan musuh yang terpojok, selain masalah
etika, juga umumnya musuh yang terpojok bisa nekad dan berani mati.

Yang terutama menurut Sun Tzu, sifat perang mengutamakan kecepatan. Hal yang
sama dalam bisnis, persaingan juga mengutamakan kecepatan bereaksi terhadap
peluang dan ancaman. Lakukan apa yang tidak diduga lawan. Buatlah rencana
serta kerjakan apa yang tidak diduga oleh pesaing

Seperti kata Sun Tzu, bergeraklah kalau yakin ada keuntungannya; berhentilah
kalau tiada keuntungannya. Seorang eksekutif harus memperhatikan aspek ini.
Dalam bisnis, kalau suatu rencana atau kegiatan menguntungkan, lakukan
segera. Namun bila tidak dan terlihat kerugian, segera berhenti. Jangan ragu
untuk menghentikan kegiatan yang merugikan, jangan terlalu kaku dan angkuh.

Contoh kasus persaingan bisnis yang sering saya pakai adalah ketika Jawa Pos
disaingi oleh Surya pada tahun 1990-an. Waktu itu Surya dengan kekuatan
baru, modal baru setelah diambil alih oleh kelompok Kompas, berusaha dan
berambisi mengalahkan Jawa Pos. Jawa Pos waktu itu sukses dengan program
penjaja koran di lampu lalu lintas (traffic light), dan Surya ingin
menyerang para loper koran yang ada dengan membagikan secara gratis kaos
bertuliskan Surya. Dengan segera, seluruh penjaja koran yang ada di Surabaya
memakai kaos Surya dan itu bisa menjadi promosi yang bagus buat masyarakat
Surabaya. Tahukah apa yang dilakukan oleh Jawa Pos? Yang dilakukan sangat
sederhana namun brilian. Jawa Pos membagikan rompi, sebuah pakaian yang
sangat menarik anak-anak remaja, dengan tulisan Jawa Pos, yang sekaligus
ketika dipakai akan menutupi kaos Surya tersebut. Jutaan rupiah telah
dikeluarkan oleh Surya untuk membuat kaos, habis begit saja tertutupi oleh
sebuah rompi. Bahkan si penjaja koran tidak merasa bersalah, sebab toh
mereka tetap pakai kaos yang dibagikan gratis tersebut. Mungkin itu
maksudnya, "Jangan menyerang musuh dengan menaiki lereng."

(Bersambung)

No comments: