Tuesday, April 3, 2007
The Art of War - Sun Tzu #05
Pengantar:
Artikel karangan asli dari mas Nur Agustinus di Surabaya ini menjadi bacaan favouriteku di bulan ini. Selain bisa nambah wawasan yang tentunya berguna untuk mendukungku dalam menjalankan kewajiban di pekerjaanku. Artikel sengaja dibuat berseri oleh pengarangnya (yang juga seorang yang low profile dan kusuka pribadinya) dipercaya agar memudahkan bagi yang ngebaca untuk lebih memahami, semoga demikian kiranya.
Menggerakkan Manusia Untuk Memenangkan Persaingan
Seperti kita ketahui, unsur manusia memegang peranan yang penting dalam
jalannya suatu usaha. Namun persoalannya, seringkali sang pemimpin memiliki
ide yang cemerlang namun sayangnya anak buahnya kurang mengerti atau tidak
bisa melaksanakannya sesuai dengan rencana.
Ada empat tipe karyawan, yang pertama karyawan yang mampu dan mau. Karyawan
jenis ini memiliki kemampuan yang baik serta ditunjang dengan sikap pribadi
yang positif. Memiliki karyawan semacam ini jelas sangat menguntungkan dan
bisa kita bayangkan seandainya kita memiliki tipa karyawan yang lain, yaitu
yang sudah tidak mampu, juga tidak mau atau memiliki sikap yang negatif. Dua
tipa yang lain adalah karyawan yang mau tetapi tidak mampu, dan yang mampu
tapi tidak mau.
Mengenai hal ini, Sun Tzu memberikan pesan-pesan tersendiri. Nasehatnya,
jika prajuritmu kauperlakukan dengan baik tetapi tidak dapat kaugunakan,
jika kaucintai tetapi tak dapat kau perintah, jika mengacau tetapi tak dapat
kautertibkan, maka mereka adalah seperti anak manja, tidak boleh dipakai.
Bila nasehat ini diterapkan dalam bisnis, maka karyawan yang susah diatur,
sebenarnya tidak perlu dipakai.
Memang, nasehat itu sederhana, namun kenyataannya, kita kurang bisa bersikap
tegas apabila memiliki karyawan yang susah diatur. Biasanya hanya kita
pindah-pindah saja ke bagian yang kurang begitu disenanginya agar ia tidak
kerasan. Cara ini belum tentu efektif, sebab tipe karyawan yang susah diatur
akan tahan bila dipindah-pindah, bahkan menjadi lebih buruk. Sikap tegas
diperlukan dengan memperhatikan peraturan yang ada.
Dalam mengelola manusia, menurut Sun Tzu, mengatur orang yang banyak
jumlahnya sama saja dengan mengatur orang yang sedikit jumlahnya. Itu hanya
soal membagi jumlah. Demikian juga bertempur melawan orang yang banyak
jumlahnya sama saja dengan bertempur melawan yang sedikit jumlahnya. Itu
hanya soal jelas dan terangnya keadaan.
Dalam dunia usaha, strategi Sun Tzu dalam menggerakkan manusia ini dapat
kita contoh. Intinya adalah, mengatur orang/pegawai yang banyak atau
sedikit, itu soal jumlah dan membagi mereka dalam sususan organisasi.
Melalui pembagian yang tepat, sebenarnya setiap komando pasti bisa diterima
dengan baik sampai pada orang yang posisinya paling bawah.
Itulah sebabnya, Sun Tzu juga mengingatkan para panglimanya untuk selalu
mengembangkan dirinya. Sun Tzu berkata, adalah pekerjaan seorang panglima
untuk selalu melatih dirinya supaya sanggup bersikap tenang dan bersikap
betul. Sikapnya yang tenang akan menjamin kerahasiaannya; sikapnya yang
betul akan melahirkan teladan yang akan menjamin ketertiban anak buahnya.
Kalau kita benar-benar menghayati nasehatnya itu, maka seorang pemimpin
harus sanggup melatih dirinya untuk bersikap tenang dan benar. menjaga
kerahasiaan dan membuat citra yang baik supaya menjadi teladan bagi
karyawannya. Kepekaan sang pemimpin dalam menangkap peluang usaha sangat
penting, seperti yang diungkapkan oleh Sun Tzu, bila musuk membuka peluang,
mestilah segera dimanfaatkan.
Mengatur manusia tidak lepas dari kemampuan sang komandannya dalam memimpin
anak buahnya. Dalam hal ini Sun Tzu mengingatkan, jika panglima lemah, tidak
keras dan tidak tegas, instruksi tidak konsukuen, tugas dan kewajiban
perwira dan prajuritnya sebentar-sebentar diubah, jika susunan pasukannya
morat marit, maka pasukan yang demikian pasti akan kalut.
Itulah sebabnya jika eksekutifnya terlalu lemah, tidak tegas, instruksi
tidak jelas, terlalu sering berubah peraturan, maka karyawannya akan
bingung/kalut. Masalah ini sering dijumpai jika direktur suatu perusahaan
sering mengganti susunan organisasi, mengubah-ubah sistem kerja karena
dipandangnya selalu kurang baik. Hal semacam ini membuat bawahannya bingung
dan justru tidak bisa bekerja dengan baik.
Menurut Sun Tzu, tugas seorang panglima dalam memimpin anak buahnya adalah
mengatur agar semua pihak berjalan seiring. Menggerakkan suatu pasukan
adalah lebih beruntung dibandingkan dengan memimpin gerombolan yang tidak
disiplin karena akan sangat berbahaya. Oleh sebab itu, pendisiplinan
karyawan sangat penting. Hal itu bisa terlaksana apabila aturan main dalam
perusahaan jelas serta pemimpinnya memberi contoh dengan baik.
Mengenai adanya kemelut dalam pasukan, Sun Tzu menguraikannya sebagai
berikut: Bila ada kerusuhan dalam perkemahan artinya kepemimpinan komandan
lemah. Bila para perwira marah-marah tandanya para prajuritnya lelah. Bila
para prajuritnya kelihatan berbisik-bisik antar sesamanya dalam
kelompok-kelompok kecil dan berbicara dengan nada-nada yang tertahan
menunjukkan adanya ketidakpuasan dalam urutan kepangkatan.
Seorang eksekutif harus peka terhadap hal-hal ini, sebab sikap
"berbisik-bisik" itu merupakan indikasi adanya ketidakpuasan dalam
peningkatan jenjang promosi organisasi. Setiap kerusuhan pada anak buah,
sebaiknya pemimpinnya jangan bersikap acuh tak acuh, sebab Sun Tzu
mengajarkan untuk introspeksi diri karena bila anak buah resah, maka itu
tanda kepemimpinan manajernya kurang baik.
Sun Tzu menegaskan, pertama-tama, para prajurit harus diperlakukan secara
manusiawi, tapi tetap diawasi dengan disiplin baja. Inilah cara yang pasti
untuk memperoleh kemenangan. Dalam latihan, perintah-perintah harus
dilaksanakan dengan paksaan, maka pasukan akan memiliki disiplin yang baik.
Memang, kedisiplinan kerja harus dipupuk dengan sikap tegas pemimpinnya.
Misalnya, sikap mentolerir keterlambatan satu kali atau dua kali akan
menyebabkan anak buah jadi terbiasa. Selain itu, pekerjaan yang tidak
terselesaikan tetap waktu tetapi tidak ditegur dengan keras menyebabkan anak
buah mengira hal itu tidak menjadi masalah. Akibatnya lain kali mereka bisa
berbuat sama. Nah, cara-cara Sun Tzu ini, walau sederhana, patut kita
tiru.
(Bersambung lagi)
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment